Senin, 16 Mei 2011

STUDI KOMPERASI SISTEM PENDIDIKAN NEGARA INDONESIA DAN NEGARA SINGAPURA DITINJAU DARI JENJANG PENDIDIKAN


Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat signifikan dalam sebuah kehidupan berbangsa. Pendidikan merupakan media strategis dalam memacu kualitas sumber daya manusia. Hal ini telah menjadikan pendidikan bagian terpenting untuk keberlangsungan, perkembangan dan kemajuan suatu negara.
Dengan melihat peran pendidikan yang sangat strategis ini, sudah menjadi keharusan bagi masyarakat pada khususnya dan negara pada umumnya untuk menjadikannya sebagai “agenda besar” negara agar keberlangsungan, perkembangan dan kemajuan negara ini dapat terjamin.
Jika kita melihat realita yang ada, terdapat kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan implementasi dari pendidikan itu sendiri. Posisi Indonesia menduduki peringkat 10 dari 14 negara berkembang di kawasan Asia Pasifik. Peringkat ini dilansir dari laporan monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, Unesco. Penelitian terhadap kualitas pendidikan dasar ini dilakukan oleh Asian South Pacific Beurau of Adult Education (ASPBAE) dan Global Campaign for Education. Studi dilakukan di 14 negara pada bulan Maret-Juni 2005. Rangking pertama diduduki Thailand, kemudian disusul Malaysia, Sri Langka, Filipina, Cina, Vietnam, Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Papua Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan. Indonesia mendapat nilai 42 dari 100 dan memiliki rata-rata E. Untuk aspek penyediaan pendidikan dasar lengkap, Indonesia mendapat nilai C dan menduduki peringkat ke 7. Pada aspek aksi negara, RI memperoleh huruf mutu F pada peringkat ke 11. Sedangkan aspek kualitas input/pengajar, RI diberi nilai E dan menduduki peringkat ke 14 (terakhir). (http://t4belajar.wordpress.com).
Ini adalah obat pahit yang harus ditelan bangsa ini, agar dapat menjadi refleksi terhadap potret pendidikan bangsa ini. Namun ini bukanlah harga mati bagi bangsa ini karena masih banyak peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa ini, jika bangsa ini mau belajar dengan bangsa lain yang telah mengalami kamajuan dalam bidang pendidikan.
Singapura merupakan salah satu negara yang telah memiliki kemajuan dalam bidang pendidikan. Hasil survey Times Higher Education-QS World University Rankings 2009 (http://translate.google.co.id ) yang menyatakan beberapa Universitas di Singapura ke dalam 200 Universitas terbaik di dunia. Universitas itu adalah National University of Singapor (peringkat 30) dan Nanyang Technological University (peringkat 73). Untuk kawasan Asia Tenggara, hanya Negara Singapura yang termasuk dalam 200 universitas terbaik dunia.



B. PEMBAHASAN
1. Pendidikan Sebagai suatu Sistem
McAhsan dalam Pidarta (1997:25) mendefinisikan sistem seebagai strategi yang menyeluruh atau rancanadikomposisi olehsatu set elemen, yang harmonis, merepresentasikan suatu unit, masing-masing elemen mempunyai tujuan sendiri yang semuanya berkaitan terurut dalam bentuk yang logis. Sementara itu Sanjaya (2009:2) mendifinisikan sistem sebagai satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Dari penjelasan diatas akan kita dapati beberapa ciri-ciri dari sistem antara lain:
• Sistem Memiliki Tujuan Tertentu
• Sistem memiliki fungsi-fungsi tertentu
• Sistem memiliki komponen-komponen tertentu.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang telah memiliki tujuan, fungsi dan komponen. Tujuan Pendidikan Nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Sementara itu, fungsi Pendidikan adalah agar terciptanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Komponen-komponen pendidikan antara lain; guru, peserta didik, kurikulum, infrastruktur dan lain-lain.
Sebagai suatu sistem, Pendidikan memiliki sub sistem untuk menunjang berjalannya sistem tersebut. Salah satu sub sistem Pendidikan adalah Jenjang pendidikan (Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi).


2. Landasan Psikologis dalam Penjenjangan Pendidikan
Dunia pendidikan tidak dapat terlepas dari teori psikologi. Ini dikarenakan yang menjadi objek pendidikan adalah peserta didik (Pidarta, 1997:6) yang memiliki karakteristik dan pembawaan yang berbeda-beda. Para pakar psikologi telah banyak memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan melalui konsep-konsep ataupun teori-teorinya.
Beberapa konsep Psikologi yang telah memberikan kontribusinya adalah konsep Jean Peaget dan Erickson (Pidarta, 1997:186) yang membahas psikologi perkembangan yang memakai pendekatan pentahapan yang bersifat khusus.
a. Konsep Jean Peaget.
Konsep Jean PEaget yang menekankan tingkat-tingkat perkembangan khusus yaitu kognisi. Menurut Peaget ada empat tingkatan perkembangan kognisi
• Periode sensori motor pada umur 0 sampai 2 tahun
Kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks. Reaksi intelektual hampir seluruhnya karena rangsangan langsung dari alat-alat indra. Punya kebiasaan memukul-mukul dan bermain –main dengan permainannya. Mulai dapat menyebutkan nama-nama objek tertentu.
• Periode pra operasional pada umur 2 sampai 7 tahun
Perkembangan bahasa anak ini sangat pesat. Peranan intuisi dalam memutuskan sesuatu masih besar, menyimpulkan hanya berdasarkan sebagian kecil yang diketahui. Analisis rasional belum berjalan.
• Periode operasi konkrit pada umur 7 – 11 tahun.
Mereka sudah bisa berfikir logis, sistematis dan memecahkan masalah yang bersifat konkrit. Mereka sudah mampu mengerjakan penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
• Periode operasi formal pada umur 11 sampai 15
Anak-anak ini sudah dapat berfikir logis terhadap masalah, baik yang konkrit maupun abstrak. Dapat membentuk ide-ide dan masa depannya secara realistis.

b. Konsep Erickson
Dalam aspek afeksi, Erickson mencoba menyusun perkembangannya. Perkembangan afeksi terdiri atas delapan tahap sebagai berikut:
• Bersahabat versus menolak pada umur 1 tahun
Bayi yang diasuh dengan kasih sayang dan kebutuhan-kebutuhan terpenuhi akan merasa bersahabat dengan orang-orang disekitarnya. Sebaliknya bila dia disia-siakan dan kebutuhannya tak terpenugi, maka ia akan menentang lingkungannya. Perasaan seperti ini akan dibawa ke tingkat-tingkat perkembangan berikutnya.
• Otonomi versus malu dan ragu-ragu pada umur 1 samapai 3 tahun
Anak merasa memiliki otonomi dan kebanggaan, sebab ia sudah bisa berjalan memanjat, membuka mendorong dan sebagainya. Ia merasa dapat mengendalikan otot-otot nya, mengendalikan diri dan lingkungannya, tetapi bila orang tua terlalu memanjakan, timbul malu-malu dan keragu-raguan anak itu tentang kemampuannya. Dan hal ini pun akan berpengaruh pada tingkatan perkembangan berikutnya.
• Inisiatif versus perasaan bersalah pada umur 3 sampai 5 tahun
Anak-anak pada masa ini banyak berinisiatif manakala diberi kesempatan oleh orang tuanya, sebab mereka sudah punya kemampuan lebih besar, seperti lari, naik sepeda roda tga, memukul, memotong dan sebagainya. Begitu pula dalam berbahasa dan berfantasi mereka berinisisatif sendiri. Orang tua perlu memberi kesempatan kebebasan dan menjawab segala pertanyaannya. Kalau mereka tidak diberlakukan seperti itu, mereka akan merasa guilted (bersalah)
• Perasaan produktif versus rendah diri pada umur enam sampai 11 tahun.
Anak-anak ini cinta pada orang tua yang berlawanan jenis dan ada rasa persaingan dengan yang sama jenis kelamin. Mereka sudah bisa berfikir deduktif, bermain dengan peraturan-peraturannya, dan terdorong untuk mengerjakan sesuatu sampai berwujud nyata. Jika mereka dihargai dan diberi hadiah membuat peran produktif berkembang. Tetapi anak-anak yang bodoh cenderung punya perasaan rendah diri.
• Identitas diri versus kebingungan pada umur 12 sampai 18 tahun.
Para remaja ini sudah mulai dapat mengidentifikasi dirinya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lampau. Ia sudah mengerti sebagai remaja, sebagai teman sekolah, sebagai anggota pramuka dan sebagainya. Perasaan dan keinginan-keinginan baru mulai tumbuh. Mereka juga sudah bisa berfikir jernih tentang hal-hal disekelilingnya.
• Intim versus mengisolasi diri pada umur 19 sampai 25 tahun.
Orang-orang ini sudah bisa intim dalam suami istri dan mampu berbagi rasa pada orang lain. Keberhasilan ini tidak hanya bergantung pada perlakuan orang tua, melainkan juga pada temannya yang akan diajak bergaul. Dan bila tidak berhasil, ia akan mengisolasi diri.
• Generasi versus kesenangan pribadi pada umur 25 sampai 45 tahun.
Orang tua atau orang seumur ini sudah mulai memikirkan generasi muda, masyarakat dan dunia tempat generasi ini tinggal. Mereka memikirkan pendidikan, kesejahteraan, dan pekerjaan generasi ini. Bila tidak orang tua ini hanya mengejar kesenangan pribadi saja.
• Integritas versus putus asa pada umur 45 tahun keatas.
Integritas muncul kalau orang tua ini dapat membawa diri secara memuaskan dalam pergaulan anak cucunya. Bila tidak maka orang ini akan berputus asa.

Konsep-konsep psikologi diatas murapakan bagian kecil dari kontribusi ilmu psikologi yang telah diberikan pada dunia pendidikan sebagai landasan untuk menentukan jenjang pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal


3. Perbandingan Jenjang Pendidikan Negara Singapura dan Indonesia
Jenjang Pendidikan di singapura antara lain:
• Pendidikan Pra Sekolah
Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan yang dilakukan untuk anak-anak berusia 3 sampai dengan 6 tahun
• Pendidikan Dasar
Seorang anak di Singapura menjalani pendidikan dasar selama 6 tahun, terdiri dari empat tahun tahap dasar pertama yaitu Sekolah Dasar kelas 1 sampai 4 dan tahap orientasi tahun ke dua yaitu Sekolah Dasar kelas 5 sampai 6. Pada akhir kelas 6 SD, siswa mengikuti Ujian Kelulusan Sekolah Dasar (Primary School Leaving Examination).
• Pendidikan Menegah
Para siswa melaksanakan pendidikan lanjutan selama 4 atau 5 tahun melalui program spesial, cepat ataupun normal. Program spesial dan cepat mempersiapkan siswa untuk mengikuti ujian GCE 'O' (Singapore-Cambridge General Certificate of Education 'Ordinary') pada tingkat empat. Siswa pada program normal dapat memilih jurusan akademik atau teknik, yang keduanya mempersiapkan siswa untuk mengikuti ujian GCE 'N' (Singapore-Cambridge General Certificate of Education 'Normal') pada tingkat empat dan jika hasilnya memuaskan, maka siswa akan mengikuti ujian GCE 'O' pada tingkat lima.
• Pendidikan Pra Perguruan Tinggi
Setelah menyelesaikan ujian tingkat GCE 'O', para siswa diperbolehkan mendaftar untuk mengikuti program akademi selama dua tahun masa pelajaran pada pra-universitas atau institut terpadu selama tiga tahun masa pelajaran pada pra-universitas, yang keduanya merupakan dasar untuk masuk ke universitas. Kurikulum terdiri dari dua mata kuliah wajib, yaitu General Paper dan Mother Tongue, dan maksimum empat subyek Singapore-Cambridge General Certificate of Education 'Advanced' (GCE 'A') dari tingkat seni, ilmu pengetahuan dan pelajaran tentang perniagaan. Di akhir masa pelajaran pada pra universitas siswa mengikuti ujian tingkat GCE 'A'.
• Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.


4. Jenjang Pendidikan di Indonesia
Berdasarkan Undang-undang Pendidikan Nasional tahun 2003. Jalur, jenjang dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Adapun jenjang pendidikan tersebut antara lain:
• Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pada PAUD ini dapat diselenggarakan melalui jalur formal, non formal dan/atau inforamal. Pendidikan anak usia dini pada jalur formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.

• Pendidikan Dasar
Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan MAdrasah Ibtidayah (MI) atau bentuk yang sederajatserta Sekolah MEnengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Akhir kelas enam siswa harus mengikuti Ujian Nasional sebagai syarat untuk mengikuti SMP/MTs.

• Pendidikan Menengah
Pendidikan menegah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

• Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Terdapat beberapa perbedaan antara jenjang pendidikan Negara Indonesia dan Singapura, antara lain:
a. Pendidikan Dasar
Pada pendidikan Dasar ini, Pendidikan Dasar singapura hanya 6 tahun. sementara itu, Pendidikan Dasar di indonesia membutuhkan waktu 9 tahun, dengan rincian 6 tahun SD dan 3 tahun SMP
b. Jenjang Pendidikan Menengah
Pada jenjang ini Pendidikan di Singapura membutuhkan waktu 4 tahun dan 5 tahun, semenara itu pendidikan menengah di Indonesia hanya 3 tahun. Pada jenjang ini, pendidikan di Singapura mengklasifikasikan kemampuan siswa menjadi Express, Normal Academic dan Normal Technical. Sementara itu pendidikan menengah di Indonesia tidak melakukan sistem tersebut. Akan tetapi hanya melakukan program akselerasi pada sekolah-sekolah tertentu.
c. Pendidikan Pra Universitas/Junior College
Pada jenjang ini peserta didik dipersiapkan untuk memasuki jenjang perguruan universitas ataupun pendidikan kejuruan atau yang sejenisnya. Sementara itu di Indonesia tidak terdapat jenjang pra Universitas/Junior College



Tidak ada komentar:

Posting Komentar